Tahukan Anda "GREEN ARCHITECTURE" itu apa?
Saat ini istilah "green architecture" sangat sering kita dengar, lihat dan baca baik dimedia cetak eletronik maupun jadi pembicaraan dalam pertemuan-pertemuan dan diskusi-diskusi. Istilah ini timbul akibat gencarnya peringatan yang mendunia atas issue pemanasan global. Di dunia arsitektur kita kerap mendapat peringatan tentan issue ini, sejatinya apakah benar kita salah satu penyebab terjadinya "global warming" sehingga harus menciptakan "green architecture" dalam setiap karyanya?
Kalau kita melihat disain arsitektur di Indonesia hingga tahun 70-80 an, dimana saat itu pertamina menjadi primadona devisa, dan profesi arsitek pun menjadi idola karena dunia properti mulai bangkit, diawali dengan munculnya real estate dengan bangunan tipikal menandakan industri perumahan mulai dibangun, alih-alih pemenuhan kebutuhan papan yang kini telah berubah menjadi kebutuhan kapital bagi sebagian orang. Hal ini mempercepat arus urbanisasi dan mulailah keanekaan sosial pun terjadi. Besarnya arus urbanisasi rekayasa pengadaan papan pun berkembang, pemukiman kumuh mulai terbentuk bagi mereka yang belum berkesempatan memiliki rumah permanen yang ditawarkan "real estate" maka dimulailah diluncurkan program Rumah Sederhana.
Rumah Sederhana dengan luas lahan yang sangat minim dengan pada akhirnya dikembangkan penghuninya hingga mencapai Koefisien Dasar Bangunan maksimal.
Mengenal Lebih Jauh "GREEN ARCHITECTURE"
Di beberapa negara maju kesadaran terhadap desain arsitektur ramah lingkungan sudah lama diimplementasikan tidak hanya dalam skala bangunan besar semacam gedung-gedung tetapi juga dalam skala kecil yaitu rumah tinggal. Berbagai macam metoda diterapkan mulai dari penerapan teknologi mutahir sampai hanya penggunaan teknologi sederhana yang dapat dilakukan oleh semua orang.
Konsep desain ramah lingkungan ini muncul akibat kondisi lingkungan global yang semakin hari mengalami pendegradasian kualitas. Kondisi udara yang semakin memburuk, Suhu muka bumi yang semakin panas, fenomena deforestation yaitu penggudulan hutan untuk perluasan penunjang habitat manusia, minyak bumi yang semakin berkurang jumlahnya, penggunaan secara berlebihan bahan bangunan yang tidak ramah lingkungan dan lain sebagainya. Pada dasarnya apa yang kita perbuat di muka bumi ini adalah proses pengrusakan terhadap bumi dan menipiskan peluang anak cucu kita untuk mencukupi kebutuhan hidupnya secara aman di masa yang akan datang.
Upaya memperbaiki kondisi bumi ini sudah selayaknya menjadi tanggung jawab semua umat. Arsitek dengan kapasitas dan kemampuan profesionalnya bisa menjadi salah satu ujung tombak dalam proses penciptaan lingkungan buatan yang berwawasan lingkungan demi menjaga kelangsungan umat manusia di masa kini dan di masa yang akan datang. Telah cukup banyak arsitek-arsitek terkenal dunia yang dengan sadar menempatkan isu-isu lingkungan di dalam diskusi-diskusi mereka. Arsitek seperti Ken Yeang, Renzo Piano, Shigeru Ban, Sir Richard Rogers, Minsuk Cho dan YB. Mangunwijaya telah menerapkan prinsip-prinsip desain ramah lingkungan di dalam desainnya. Mereka menggunakan material daur ulang, bahan bangunan ramah lingkungan semacam kertas, teknologi, Natural light, heat maupun dalam lay out denahnya sendiri. Dalam hal ini peran arsitek dalam mempengaruhi kliennya memegang peranan yang sangat penting sekali. Meyakinkan klien untuk menggunakan desain yang ramah lingkunganpun bukanlah perkara yang mudah. Banyaknya faktor non teknis semacam ego, kepentingan kelompok atau hanya sekadar ingin pamer menjadi kendala ibarat menghadapi dinding tebal maha kokoh. Seperti di negara-negara yang sedang mengalami booming ekonomi semacam Cina atau negara Emirat Arab, kekuatan uang yang berlimpah sepertinya menumpulkan gagasan-gagasan desain yang ramah lingkungan.
Secara mudah sebenarnya kita dapat melihat bijaknya masyarakat adat semacam orang-orang Sunda penduduk Kampung Naga, orang Baduy atau orang Bali memperlakukan bumi/ bhuwana (macro kosmos) dan lingkungan buatan (micro kosmos) sebagai satu keseimbangan yang utuh. Ada aturan bahwa memotong satu batang pohon haruslah menanam satu batang pohon baru. Bagi masyarakat Hindu Bali bahwa menjaga kelestarian alam adalah ibadah dan diimplementasikan di dalam kehidupan sehari-hari. Lay out denah bangunan yang responsif terhadap arah mata angin, penerapan teknologi tradisional ataupun penggunaan bahan bangunan yang tersedia secara lokal setempat merupakan beberapa hal yang dapat digunakan di dalam desain yang ramah lingkungan.
Desain ramah lingkungan yang banyak digunakan akhir-akhir ini di dunia arsitektur adalah menutupi atap dan dinding dengan tanaman rambat sebagai living roofs dan living walls/ Vertical garden. Membuat sebuah lingkungan menjadi lebih hijau, Selain tentu secara teknis dapat berperan sebagai penyedia oksigen dan penyerap karbon dioksida juga tentunya indah secara visual. Membuat living walls tidaklah terlalu susah dan dapat dilakukan oleh semua orang, asalkan kreatif dan bisa berimprovisasi dapat membuat living walls yang indah. Bisa menggunakan pot-pot kembang, dengan memakai bahan sejenis ijuk atau lebih canggih dengan menggunakan lapisan sintetis dengan sistim hidroponik yang dikembangkan oleh Patrick Blanc. Apabila diaturkan sebagian atap dan dinding disemua bangunan tinggi atau rumah-rumah di Jakarta ditanami tumbuhan hijau betapa akan berubahnya secara signifikan lingkungan kota dan betapa hijaunya dan manusiawinya kota Jakarta serta sehat pula penduduknya.
Penting untuk disadari oleh semua arsitek untuk mulai menerapkan desain yang ramah lingkungan dalam rancangannya. Estetika secara visual semata sekarang ini dirasa masih sebagai faktor dominan dalam menentukan sebuah bangunan itu baik dan layak mendapat award. Metode copy and paste kerap terjadi tidak hanya di dunia arsitektur Indonesia tetapi terjadi di mana saja dan selalu ada nilai baik dan buruk tentunya. Masih belum terlalu banyak arsitek-arsitek Indonesia yang berani mempromosikan diri atau dikategorikan (tentu bukan bermaksud sombong) arsitek atau biro yang berwawasan ramah lingkungan dan artinya selalu ada pilihan di antara berbagai jenis produk desain arsitektur.
Yang paling baik tentunya datangnya kesadaran dari diri sendiri untuk aktif memulai hal-hal paling mudah dilakukan tetapi besar dampaknya terhadap proses pemulihan kondisi bumi ini menjadi semakin lebih baik dan layak ditempati. Mulailah menghijaukan pekarangan, atap atau dinding rumah kita dan tularkanlah terhadap keluarga, teman atau tetangga kita.
Mulailah dari Rumah Anda Sendiri
Saat membangun rumah, tekankan konsep rumah ramah lingkungan yang dengan meminimalisir penggunaan sumber daya alam ketika proses pembangunan rumah, memilih material bangunan yang ramah lingkungan, menciptakan sirkulasi udara dan cahaya yang baik di dalam rumah.
Menggunakan AC adalah termasuk pengeluaran bulanan terbesar untuk listrik rumah, seandainya kita tahu bahwa ada cara untuk mengurangi panas dalam rumah dengan cara alternatif, mungkin kita bisa mengaplikasikannya pada rumah tinggal. Salah satu cara untuk mengurangi panas yang masuk kedalam ruangan, adalah dengan menggunakan material bangunan yang tepat. Berbagai macam material bangunan ini memiliki daya serap terhadap panas, yaitu berapa lama material dinding tersebut terasa panas di bagian dalam bangunan. Misalnya, pada sore hari, berapa jam dinding bisa menahan panas maksimum hingga panas tersebut masuk dalam ruangan. Tentunya dinding yang dimaksud adalah dinding dengan material yang digunakan sebagai dinding, bukan sebagai tempelan saja (ekspos). Material yang dijelaskan disini adalah material dinding batu alam, beton, batu bata dan dinding kayu.
Dinding batu alam merupakan salah satu material yang paling banyak menyimpan radiasi panas, karena itu dinding yang dibuat dari batu dingin lebih lama, saat material lain sudah panas. Dinding batu alam paling disarankan untuk rumah agar lebih dingin dan mengurangi bahkan menghilangkan penggunaan AC. Dinding batu alam setebal 30cm bisa menahan panas maksimum hingga 8 jam, artinya panas dari luar akan ditahan dalam dinding tersebut selama 8 jam sebelum benar-benar panas. Rumah-rumah buatan Belanda jaman dahulu banyak memakai dinding batu alam pada bagian bawah rumah, yang juga berfungsi menahan panas. Dinding batu alam bisa merupakan perpanjangan dari pondasi batu kali.
Dinding beton termasuk material kedua yang bisa menahan dan menyimpan radiasi panas dari luar. Karena itu dinding beton juga baik digunakan agar kita mengurangi atau menghilangkan penggunaan AC. Material dinding beton setebal 15cm (setebal dinding biasa) bisa menahan panas maksimum hingga 3,8 jam sebelum dinding dalam ruangan benar-benar panas.
Dinding batu bata adalah dinding yang paling banyak digunakan untuk rumah tinggal di negeri kita. Dinding ini juga bisa menyimpan panas cukup lama, dimana dinding 10cm bisa menahan panas maksimum hingga 2,3 jam. Karena itu bila terkena sinar matahari langsung, dinding bata akan terasa paling panas hingga 2,3 jam. Meskipun material ini kurang bisa menyimpan panas bila dibandingkan dengan batu alam dan beton, tapi material ini paling mudah didapatkan dan termasuk paling ekonomis, karena itu paling banyak digunakan juga.
Dinding kayu banyak digunakan di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Irian dan luar jawa lainnya. Material kayu mudah didapatkan dipulau yang masih banyak produksi kayunya, serta merupakan cara membangun turun temurun. Sayangnya material kayu ini tidak lama dalam menahan panas, karena dinding kayu 5cm hanya bisa menahan radiasi panas maksimum selama 1,3 jam saja. Karena itu rumah kayu harus memiliki banyak ventilasi agar lebih dingin. Demikian pula bila menggunakan AC, akan memerlukan lebih banyak daya listrik.
Dari berbagai material untuk dinding tersebut, maka terbaik adalah menggunakan dinding batu alam, namun perlu kita perhatikan juga tentang ketinggian bangunan, banyaknya ventilasi, ketinggian dinding, dan sebagainya bila kita tidak berencana menggunakan AC. Namun mengingat dinding seperti batu alam bisa merusak lingkungan akibat mengambil batu alam dari sungai-sungai, maka tetap disarankan untuk menggunakan dinding bata.
Jika kita flashback ke belakang, sudah banyak sekali peristiwa bencana alam yang disebabkan karena ulah maupun keserakahan manusia dalam mengambil Sumber Daya Alam. Contoh: peristiwa Banjir Bandang di Wasior, Siklus banjir 5 tahunan yang biasa melanda Ibukota, Tanah longsor yang banyak terjadi.
Sudah seharusnya dan Kewajiban kita untuk menintai alam, karena alam merupakan Anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Kita harus mengelola serta menjaganya dengan bijak. Supaya alam yang Indah bisa diwariskan sampai ke anak cucu kita kelak. Bukan bencana alam yang kita wariskan kepada mereka.
Sumber:
1. http://probohindarto.wordpress.com/category/green-architecture/
2. http://mediaparahyangan.com/2010/12/503/green-architecture-home-design-2
3. http://umum.kompasiana.com/2009/06/05/green-architecture/
4. http://www.iai-banten.org/2008/02/06/156/
0 komentar:
Posting Komentar
silahkan teman, sahabat, adeq, kakak, abang, ibuk, bapak, saudara, saudari, tinggalkan komend disini yaaa...
berharap komend anda membangun...
KHUSUS HARI INI BELOH KOMENTAR,
HARI ESOK GAK BOLEHH..
OK.